Mitos dan Tradisi Dari Jaman Belanda Sampai Sekarang, Penyapu Coin Jembatan Sewo

Subang Di bawah sinar terik matahari, puluhan orang rela duduk berpanas-panasan di sepanjang Jembatan Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu. Mengurangi panas dengan menggunakan topi anyaman bambu caping di atas kepalanya. Sarung tangan dan masker tak lupa digunakan.

Sapu lidi panjang di tangan kanannya word play here tak pernah lepas dari gengamannya. Sapu lidi tersebut bukan untuk membersihkan jalanan, melainkan mengambil uang yang dilempar pengendara saat melintas jembatan. Ya, mereka adalah penyapu koin di Jembatan Sewo.

Para penunggu setia pengendara yang melintas jembatan. Menanti lemparan koin untuk menambah pundi-pundi.

Di pinggir jalan sepanjang hampir 500 meter, mereka mengais rejeki dari koin-koin di Jembatan Sewo. Saling berebut mengambil uang menggunakan sapu lidi. Mengais rejeki dari koin-koin di Jembatan Sewo itu akhirnya menjadi salah satu sumber pencaharian. Mereka bisa mendapatkan uang sekitar Rp50 ribu di hari-hari biasa.

Namun saat sudah memasuki Hari Raya Lebaran, mereka bak 'panen'. Pemudik yang kerap melewati jalur Pantura, pasti bakal melewati jembatan Sewo. Banyaknya pemudik membuat mereka berkali-kali lipat dari hari biasanya. Penyapu koin bisa meraup penghasilan ratusan ribu hingga jutaan rupiah hanya dalam satu hari saja.

Ada mitos yang melegenda di balik aksi penyapu koin ini. Bahkan, kental dihubungkan dengan kejadian mistis. Konon, katanya di bawah Jembatan Sewo disebut sebagai tempat tinggal arwah kakak beradik Saedah dan Saeni. Hidup keduanya berakhir di sungai tersebut

Saeni adalah seorang penari ronggeng Pantura yang berubah menjadi buaya, sedangkan Saedah yang menjadi tukang kendangnya yang berubah menjadi bunga cempaka putih. Oleh sebab itu, pengendara dipercaya akan selamat jika sudah memberi lemparan "saweran" di Jembatan Sewo.

Kesan mistis Jembatan Sewo bertambah kental setelah peristiwa kecelakaan sebuah bus transmigran asal Boyolali terjadi di Jembatan Sewo. Kecelakaan itu menewaskan 67 orang dalam kondisi bus terbakar. Hanya ada 1 penumpang yang selamat yaitu seorang bayi laki-laki.

Sejak peristiwa tersebut, semakin banyak para pengendara yang melempar koin ketika melewati jembatan. Tujuannya agar diberi keselamatan selama perjalanan, dijauhkan dari gangguan makhluk halus. Bisa berkumpul kembali bersama keluarga.

Pengendara juga terkadang melempar lebih dari 1 koin, bahkan uang kertas dengan pecahan yang besar. Dulunya, sopir melempar uang di sungai namun beralih di pinggir jalan. Warga sekitar pun akhirnya memanfaatkan tradisi ini menjadi ladang mata pencaharian.

Di antara puluhan orang yang duduk setia dengan sapu lidinya. Warga percaya, salah satunya merupakan mahluk halus penghuni jembatan. Sisanya warga sekitar.

Beradu dengan kepulan asap kendaraan, panas terik matahari. Penyapu koin di Jembatan Sewo memang cukup membahayakan. Khawatirnya, warga yang terlalu sibuk menyapu uang recehan bisa tertabrak oleh kendaraan yang melintas.

Meski begitu, Tradisi tersebut tampaknya sulit untuk dilarang atau dihentikan. Belum ada informasi yang jelas sejak kapan tradisi ini dimulai, namun tradisi penyapu koin Jembatan Sewo tersebut sudah lama dilakukan. Bahkan, katanya sejak jaman Belanda.

Mengais koin-koin tersebut, namun hingga saat ini kegiatan tersebut masih tetap dipertahankan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berikut Cara Ayu Ting-Ting Mendidik Dan Tidak Ingin Memanjakan Anaknya

Nikita Mirzani Menanggapi Petisi Boikot Dirinya Dengan Santai, Berikut Selengkapnya

Denny Sumargo Melakukan Donasi Ratusan Juta Untuk Korban Erupsi Semeru